Berikut ini saya diberikan pola orator ulung yang diakui bukan saja oleh bangsa, melainkan juga oleh dunia. Siapa lagi kalau bukan Bung Karno.
Pidato ini ialah pidato tak tertulis di depan Dokuritu Zyunbi Tyoosakai pada 1 juni 1945 saat sidang membicarakan dasar Negara Bung Karno membukanya menyerupai ini :
Pidato ini ialah pidato tak tertulis di depan Dokuritu Zyunbi Tyoosakai pada 1 juni 1945 saat sidang membicarakan dasar Negara Bung Karno membukanya menyerupai ini :
Paduka Tuan Ketua yang mulia !
Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka kini saya mendapat kehormatan dari Paduka Tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat aku.
Saya akan menetapi ajakan Paduka tuan Ketua yang mulia. Apakah ajakan Paduka tuan ketua yang mulia ? Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepda siding Dokuritu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti yang kaan saya kemukakan di dalam pidato ini.
Maaf, diberibu maaf ! Banyak anggota sudah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang bahwasanya bukan ajakan Paduka tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka.
Perhatikannlah bagaimana Bung Karno memakai cetusan “ Maaf diberibu-ribu maaf” Ini pun dipakai pada penutupan pidatonya. Dan yang terpenting Bung Karno memprovokasi para pembicara sebelumnya sebab tidak memberikan apa yang dimaksud dengan kemerdekaan Indonesia persiapkan untuk mendapat kebenaran.
Sesudah menguraikan betapa para pembicara sebelumnya keliru, Bung Karno menyimpulkan pidato mereka tiruana itu sebagai diberikut :
Tuan-tuan sekalian ! melaluiataubersamaini terus-terang saja saya berkata :
Sesudah menguraikan betapa para pembicara sebelumnya keliru, Bung Karno menyimpulkan pidato mereka tiruana itu sebagai diberikut :
Tuan-tuan sekalian ! melaluiataubersamaini terus-terang saja saya berkata :
Tatkala Dokuritu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka aku, di dalam hati saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang saya katkan di dalam Bahasa asing, ma’afkan perkataan ini –“zwaarmiching” akan kasus yang kecil-kecil. “ zwaarwichtig” hingga – kata orang jawa –“ njelimet “. Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil hingga njelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan.
INI pertama tuntutan Bung Karno pada penlampauan pidatonya, yakni biar tuntutan dua juta perjaka Indonesia terlaksana, yaitu Indonesia merdeka kini juga. Pidato ini transkipnya sanggup Anda baca melalui situs http://www.munindo.brd.de, atau bila Anda memilikinya, ada dalam buku Lahirnya Pancasila, Penerbit Guntur, Jogjakarta, cetakan kedua, 1949. Pidato yang sangat panjang ini terstruktur sebagai diberikut:
1. Penlampauan ( Indonesia Merdeka Sekarang )
2. Prinsip pertama ( Kebangsaan )
3. Prinsip kedua ( Internasionalisme / Peri-Kemanusiaan )
4. Prinsip ketiga ( Musyawarah )
5. Prinsip keempat ( Kesejehteraan )
6. Prinsip kelima (Ketuhanan )
7. Pancasila
8. Gotong Royong
Bung Karno pertanda pada potongan pertama pidatonya bahwa kemerdekaan itu mutlak harus dicapai oleh bangsa Indonesia. Kemudian, ia pertanda lima prinsip yang menjadi dasar kemerdekaan yang tujuannya ialah membentuk sebuah negara di mana bangsa kita akan membangun. Sesudah menguraikan kelima prinsipmya ia merangkumnya menjadi Pancasila, yang menjadi dasar negara Republik Indonesia. Di final pidato ia menambahkan terkena tolong-menolong yang menjadi salah satu abjad bangsa Indonesia.
Dan Soekarno pun mengucapkan dua alinea penutupannya. Berikut ini penutupan pidatonya di mana Bung Karno kembali memakai ajakan maaf dan menegaskan sudah menjawaban pertanyaan yang diajukan oleh sidang :
Jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak bertekad matia-matian untuk mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik bangsa Indonesia buat selama-lamanya, hingga final jaman ! Kemerdekaan spesialuntuklah didapat dan dimiliki oleh bangsa, yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad “Merdeka atau mati “
Saudara-saudara ! Demikianlah saya punya tanggapan atas pertayaan Paduka Tuan Ketua. Saya minta maaf, bahwa pidato saya ini menjadi penjang lebar, dan sudah meminta tempo yang sedikit lama, dan saya juga minta maaf, sebab saya sudah mengadakan Koreksi terhadap catatan Zimukyokutyoo yang saya anggap “verschrikkelijkzwaarwichtig” itu. Terima kasih.
Demikianlah contoh Pidato Bung Karno gampang-gampang sanggup dicontoh. Terima kasih.
Sumber : The Power Of Public Speaking - Charles Bonar Sirait
Tag :
Pengembangan Diri
0 Komentar untuk "Contoh Pidato Bung Karno"